Program GERMASI (Gerakan Magrib Mengaji) yang digagas oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) STAI Ma’arif Ngawi Kelompok 2 di Dusun Bangoan, Desa Sobontoro, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, merupakan salah satu bentuk implementasi tridharma perguruan tinggi pada bidang pengabdian kepada masyarakat. Program ini secara resmi dimulai pada 25 Juli 2025 dan terpusat di Masjid Al Maksum sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat.
Kegiatan GERMASI dirancang sebagai program pembinaan keagamaan yang menyasar anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di wilayah Dusun Bangoan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap hari setelah salat magrib, dengan sistem pendampingan langsung oleh mahasiswa KKN yang dijadwalkan secara bergiliran. Materi pembelajaran meliputi peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an, penguasaan tajwid, pembacaan iqra, serta internalisasi nilai-nilai adab dan akhlak, khususnya terhadap orang yang lebih tua dan sesama.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memperkuat literasi keagamaan dan membentuk karakter islami sejak usia dini. Pendekatan yang digunakan menggabungkan pembelajaran kognitif (penguasaan materi bacaan) dan afektif (pembentukan sikap dan perilaku), sehingga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang tidak hanya fasih membaca Al-Qur’an tetapi juga berakhlak mulia.
Respons masyarakat terhadap pelaksanaan GERMASI terbilang sangat positif. Pengurus masjid, tokoh masyarakat, dan wali murid memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk fasilitas, kehadiran, maupun motivasi kepada anak-anak peserta kegiatan. Partisipasi aktif dari anak-anak terlihat melalui kedisiplinan kehadiran, antusiasme mengikuti bimbingan, serta kemajuan kemampuan membaca yang mulai terpantau sejak awal pelaksanaan.
Secara sosiologis, program GERMASI dapat dipandang sebagai sarana penguatan modal sosial (social capital) di masyarakat. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu dari mahasiswa kepada anak-anak, tetapi juga membangun relasi kemitraan antara perguruan tinggi dan masyarakat desa. Dalam jangka panjang, keberlanjutan program diharapkan mampu menjadi rutinitas yang dikelola secara mandiri oleh warga, sehingga nilai-nilai yang telah ditanamkan dapat terus terjaga meskipun periode KKN telah berakhir.
Dengan demikian, GERMASI menjadi contoh konkret bagaimana sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dapat melahirkan program pembinaan yang relevan, berkelanjutan, dan memiliki dampak nyata terhadap perkembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya dalam aspek pendidikan agama dan pembentukan karakter generasi muda.
